-->

TAHUN 2014 DILAKUKAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TERAPKAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BANDENG

Budilaksonoputra.....FGD adalah untuk memperoleh informasi dan data terkini dan mendalam terhadap usaha bandeng, sehingga diharapkan dapat disinergikan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan Provinsi, Kabupaten/Kota dengan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan, Balai Besar Riset Pengembangan Produk dan Bioteknologi dalam upaya peningkatan usaha bandeng baik dalam hal budidaya, pengolahan dan pemasaran.

A. FGD  Penerapan Teknologi Pengolahan Bandeng Mendukung Industrialisasi di Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
FGD industrialisasi bandeng dibuka oleh Kepala Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan, diikuti 36 peserta yang terdiri dari pembudidaya, pengolah, pemasar produk olahan berbasis bandeng, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi/ Kabupaten/Kota (Maros, Pangkep, Bone, Pinrang, Makassar), Pengurus ASPUBI dan  tim pelaksana kegiatan industrialisasi bandeng.
Dalam rangka penyatuan persepsi dan keterpaduan program kegiatan pada FGD disampaikan materi tentang Industrialisasi Perikanan oleh Dr. Sunoto, MES (Penasehat Kementerian Kelautan dan Perikanan)
FGD dihasilkan beberapa poin antara lain sinergisitas antara pembudidaya dan pengolah perlu ditingkatkan serta diperlukan adanya pelatihan CBIB  dan pasca panen yang baik (GHdP) sehingga mutu hasil panen dapat memenuhi persyaratan mutu pengolah produk olahan bandeng. Hasil samping pengolahan bandeng tanpa duri berupa tulang dan duri  belum sepenuhnya dimanfaatkan sehingga diperlukan bimbingan teknis diversifikasi bandeng dengan bahan baku tulang dan duri ikan bandeng. Sebagian besar pengemasan produk olahan bandeng masih sangat sederhana,   diperlukan bimbingan teknis atau pendampingan usaha peningkatan pengemasan produk olahan bandeng. Kultur masyarakat Sulawesi Selatan lebih menyukai bandeng segar dari pada produk olahan sering dijadikan alasan oleh beberapa pelaku usaha  mengapa produk olahan kurang berkembang, sementara di sisi yang lain diperoleh informasi dari beberapa pelaku usaha bahwa produk olahan bandeng khususnya bandeng tanpa duri semakin hari permintaan semakin meningkat. Oleh karena itu, kegiatan promosi  perlu dilakukan secara masif dan berkesinambungan. Sebagian besar pengolah menyampaikan kesulitan pemasaran, sehingga perlu dilakukan pelatihan managemen dan strategi pasar. ASPUBI yang telah dibentuk pada tingkat pusat perlu disebarluaskan dan diperlukan upaya-upaya untuk pembentukan   ASPUBI di wilayah provinsi, sehingga peran ASPUBI dapat dirasakan manfaatnya dalam peningkatan usaha bandeng.
B. FGD Industrialisasi Bandeng Prov. Jawa Timur
Pelaksanaan kegiatan FGD industrialisasi bandeng  di Provinsi Jawa Timur disinergikan dengan kegiatan Rapat Koordinasi Pasokan Ikan Patin  yang diadakan oleh Direktorat Pemasaran Dalam Negeri dan dibuka oleh Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Kegiatan FGD di Jawa Timur diikuti oleh 33 peserta yang terdiri dari pembudidaya, pengolah, pemasar produk olahan berbasis bandeng, perwakilan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi/ Kabupaten/Kota (Gresik, Sidoarjo, Pasuruan, Surabaya), Pengurus ASPUBI dan  tim pelaksana kegiatan industrialisasi bandeng. Dalam rangka memotivasi peserta dan penyamaan persepsi antara stakeholder disampaikan arahan Ka BBP2HP dan materi tentang Industrialisasi Perikanan oleh Dr. Sunoto, MES dan Ukay Karyadi, SE ME.  Selain itu juga disampaikan motivasi usaha oleh Ketua ASPUBI.
FGD industrialisasi bandeng di Jawa Timur menghasilkan beberapa poin antara lain : beberapa pembudidaya bandeng di Kab. Sidoarjo beralih pada nila karena ikan nila lebih tahan dan pertumbuhannya dua kali lebih cepat daripada ikan bandeng. Pembudidaya bersedia untuk menggunakan nener kualitas A namun sulit didapatkan karena sebagian besar nener kualitas A diekspor untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri. Perlu upaya peningkatan ketersediaan nener berkualitas A dan merealisasikan Usaha Pembenihan Rakyat (UPR). Kebutuhan bandeng di Jawa (khususnya Jatim) cukup besar, namun pada tingkat supply bandeng terdapat siklus tahunan fluktuasi (maret – pertengahan mei produksi turun). Hal ini disebabkan adanya bencana banjir dan curah hujan yang tinggi.
 Perlu segera diimplementasikan SLIN untuk komoditas bandeng sehingga dapat menjamin ketersediaan dan supply bandeng dan sarana cold storage untuk penampungan. Kegiatan sosialisasi gemar makan ikan cukup efektif meningkatkan pasar produk olahan. Pengolah cukup kewalahan memenuhi permintaan pasar, terutama target pemasaran masyarakat kelas menengah ke atas. Namun bagi pengolah produk untuk kelas masyarakat menengah ke bawah, kenaikan harga bahan baku merupakan masalah yang serius. Perlu mendapat perhatian tentang pemberian bantuan yang tidak sesuai spesifikasi yang diusulkan oleh pengolah sehingga tidak terjadi kesalahan yang berulang.
Konversi lahan budidaya menjadi lahan industri dan perumahan, khususnya di wilayah pantura (Gresik) harus mendapat perhatian pihak KKP karena kelangsungan usaha pengolahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku antara lain  hasil produksi budidaya 
(Sumber: www.teraskreasi.com)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "TAHUN 2014 DILAKUKAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TERAPKAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN BANDENG "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel