Terbuang Dari Pohon Sagu Bermanfaat Untuk Itik Petelur
11.44
Add Comment
Maluku dikenal sebagai lumbung sagu. Pengolahan sagu skala rakyat bersifat tradisional dengan dilakukan di sekitar aliran sungai. Sampai sejauh ini, pengolahan sagu masih memberikan limbah berupa ela sagu yang terkadang mengganggu lingkungan karena hanya dibuang ke sungai serta dibakar sehingga dapat mencemari lingkungan berupa bau yang tidak sedap serta pencemaran air sungai. Fenomena tersebut sudah terjadi sejak dahulu secara turun menurun. Padahal biomassa ela sagu sangat melimpah dengan potensi di maluku adalah 12,7 ton/ha/tahun. Masyarakat hanya sedikit sekali yang memanfaatkan ela sagu.
Efisiensi dalam usaha peternakan perlu dilakukan untuk. Ransum dalam unggas merupakan komponen pengeluaran terbesar untuk ternak yakni sekitar 70 % karena bahan pakan yang harus dibeli dan bersaing untuk kebutuhan manusia. Khususnya bahan pakan jagung sebagai sumber energi, di wilayah Maluku memiliki harga yang cukup mahal yaitu sekitar Rp. 8000,-/kg. Oleh karena itu harus dicari solusi bahan pakan alternatifnya.
Berdasarkan hasil pengkajian BPTP Maluku, biomassa dari ela sagu merupakan salah satu pakan alternatif yang dapat dimanfaatkan karena dapat digunakan sebagai sumber energi bagi unggas dengan kandungan energi metabolis (EM) 3.508-3.860 kkal/kg. Pemanfaatan ela sagu untuk pakan unggas masih menyimpan kendala mengingat ela sagu Ihur dan Tuni memiliki kadar serat kasar (SK) yang tinggi 9,22-10,50 % dan protein kasar (PK) yang rendah 0,92-1,01 % sehingga menjadi faktor pembatas jika diberikan (Uhi, 2007).
Salah satu cara meningkatkan nutrisi bahan pakan adalah dengan bioteknologi fermentasi dengan kapang karotenogenik Neurospora sp. Secara umum fermentasi bertujuan untuk protein enrichment (peningkatan kandungan PK), penurunan serat kasar substrak, namun dengan menggunakan Neurospora sp. memberikan fungsi lain yaitu meningkatkan kandungan karoten. Kajian dari BPTP Maluku tahun 2015, fermentasi ela sagu dengan menggunakan Neurospora sp. menghasilkan karoten 0,033 menjadi 0,742 %, PK 1,4 menjadi 3,2 %.
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Fermentasi E-Lasten
Proses pembuatan E-Lasten adalah penyiapan ela sagu. Ela sagu basah dijemur di bawah terik matahari, kemudian setelah kering betul ela sagu di ayak dengan menggunakan kawat kasa untuk didapatkan tepung ela sagu. Tepung ela sagu yang telah siap ditambah dengan air limbah tahu (sebagai sumber N) sehingga mencapai kadar air 70%, diaduk secara merata, kemudian dikukus selama 30 menit. Campuran bahan mulai dikukus setelah air mendidih untuk sterilisasi, selanjutnya dibiarkan sampai tercapai suhu kamar. Substrat kemudian diinokulasi dengan 9% inokulum kapang Neorospora sp. diaduk merata dan diinkubasi selama 7 hari. Setelah itu produk fermentasi dipanen, dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari dan digiling (Gambar 1). Ela sagu terfermentasi Neurospora sp. kemudian dicampurkan dengan bahan pakan lain sesuai dengan komposisi dan siap untuk diberikan ke pakan ternak.
Hasil
Hasil penelitian sementara, penggunaan ela sagu terfermentasi Neurospora sp. hingga level 30 % dalam ransum itik yang dicampur dengan bahan pakan lain yaitu dedak, jagung, tepung ikan, tepung bungkil kelapa, kalsium karbonat mampu memberikan duck day production hingga 83 % dengan berat telur 50-60 gram/butir. Pemakaian elasten juga meningkatkan indeks warna kuning telur menandakan kandungan karoten dalam telur. Kesimpulan sementara pengkajian ini, penggunaan elasten dengan level 30 % dapat mengurangi porsi pemakaian jagung sehingga dapat menekan biaya pakan yang berpengaruh langsung terhadap peningkatan keuntungan bagi petani.
0 Response to "Terbuang Dari Pohon Sagu Bermanfaat Untuk Itik Petelur"
Posting Komentar