Penyebab Stress Panas Pada Ternak dan Cara Mengatasinya
14.22
Add Comment
Akibat Stress Panas Pada Ternak dan Cara Menguranginya
Ternak yang mengalami stres panas akibat meningkatnya temperatur lingkungan, fungsi kelenjar tiroidnya akan terganggu. Hal ini akan mempengaruhi selera makan dan penampilan (MC Dowell dalam Sientje, 2003). Stres panas kronik juga menyebabkan penurunan konsentrasi growth hormone dan glukokortikoid. Pengurangan konsentrasi hormon ini, berhubungan dengan pengurangan laju metabolik selama stres panas. Selain itu, selama stres panas konsentrasi prolaktin meningkat dan diduga meningkatkan metabolisme air dan elektrolit. Hal ini akan mempengaruhi hormon aldosteron yang berhubungan dengan metabolisme elektrolit tersebut. Pada ternak yang menderita stres panas, kalium yang disekresikan melalui keringat tinggi menyebabkan pengurangan konsentrasi aldosteron (Anderson dalam Sientje, 2003).Faktor lingkungan yang berpengaruh langsung pada kehidupan ternak adalah iklim. Iklim merupakan faktor yang menentukan ciri khas dari seekor ternak. Ternak yang hidup di daerah yang beriklim tropis berbeda dengan ternak yang hidup di daerah subtropis. Namun hal tersebut dapat diatasi misalnya di beberapa negara tropis, Air Condition (AC) digunakan dalam beternak untuk mengendalikan atau menyesuaikan suhu di lingkungan sekitar ternak yang berasal dari daerah subtropis, sehingga ternak tersebut dapat berproduksi dengan normal.
Pengaruh Lingkungan Terhadap Tingkah Laku Ternak
Faktor lingkungan abiotik adalah faktor yang paling berperan dalam menyebabkan stres fisiologis. Komponen lingkungan abiotik utama yang pengaruhnya nyata terhadap ternak adalah temperatur, kelembaban.
Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman (Yousef dalam Sientje, 2003). Stres panas ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu (Mc Dowell dalam Sientje, 2003).Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural atau behavioral yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses reproduksinya pada suatu lingkungan. Apabila terjadi perubahan maka ternak akan mengalami stres
Stres adalah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau ketika toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah
Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature).
Faktor lingkungan abiotik adalah faktor yang paling berperan dalam menyebabkan stres fisiologis. Komponen lingkungan abiotik utama yang pengaruhnya nyata terhadap ternak adalah temperatur, kelembaban. Ternak akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural atau behavioral yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses reproduksinya pada suatu lingkungan. Apabila terjadi perubahan maka ternak akan mengalami stres
Stres adalah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan.
Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau ketika toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah. Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman Stres panas ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu. Sapi adalah salah satu ternak ruminansia yang populasinya tersebar luas diseluruh dunia, terutama pada daerah yang produksi pertaniannya memungkinkan.
Penyebaran ternak ini lebih merata dibanding domba dan kambing. Namun demikian, ternak sapi jarang ditemukan pada lingkungan yang ekstrim tidak bersahabat. Secara fisiologis, sapi perah memiliki sifat yang sama saja dengan sapi potong. Sifat yang dimaksud adalah lama kebuntingan, siklus birahi, prinsip-prinsip reproduksi, fungsi serta bagian saluran cerna serta kebutuhan dan pemanfaatan nutrien.
Pola pemeliharaannya juga sangat bervariasi, mulai dari peternakan sangat kecil ditingkat petani peternak yang memelihara beberapa induk, sampai peternakan besar dengan beberapa ratus induk..
Adanya variasi dalam usaha peternakan sapi perah dipengaruhi oleh banyak faktor di antaranya sistem pemberian makanan, sistem perkandangan dan lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang sangat luas, mengacu pada semua faktor selain genetik, yang mempengaruhi produktivitas dan kesehatan seekor ternak.
Pengaruh lingkungan terhadap ternak dapat secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh lingkungan secara langsung adalah terhadap tingkat produksi melalui metabolisme basal, konsumsi makanan, gerak laju makanan, kebutuhan pemeliharaan, reproduksi pertumbuhan dan produksi susu. Sedangkan pengaruh tidak langsung berhubungan dengan kualitas dan ketersediaan makanan.
Faktor lingkungan adalah faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap tingkat produksi. Di antara sekian banyak komponen faktor lingkungan , yang paling nyata pengaruhnya terhadap sapi perah, terutama pada masa laktasi (produksi susu) adalah temperatur, yang selalu berkaitan erat dengan kelembaban.Supaya dapat berproduksi baik, sapi perah harus dipelihara pada kondisi lingkungan yang nyaman (comfort zone), dengan batas maximum dan minimum temperatur dan kelembaban lingkungan berada pada thermo neutral zone. Di luar kondisi ini sapi perah akan mengalami stres. Stres yang banyak terjadi adalah stres panas. Hal ini disebabkan THI berada di atas THI normal.
Produktivitas ternak merupakan fungsi dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor yang menentukan kemampuan produksi, sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor pendukung agar ternak mampu berproduksi sesuai dengan kemampuannya. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain pakan, pengelolaan, dan perkandangan, pemberantasan dan pencegahan penyakit serta, faktor iklim baik iklim mikro maupun iklim makro. Sehingga dalam hal ini lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh cukup besar terhadap penampilan produksi seekor ternak. Hal ini telah dibuktikan bahwa keunggulan genetik suatu bangsa ternak tidak akan ditampilkan optimal apabila faktor lingkungannya tidak sesuai. Seperti telah disebutkan bahwa salah satu faktor lingkungan yang merupakan kendala utama tidak dapat terekspresinya secara optimal potensi produksi ternak adalah iklim mikro dan iklim makro.
Iklim makro maupun iklim mikro dapat berpengaruh langsung terhadap penampilan produktivitas ternak. Pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan hijauan pakan ternak yang cepat tua dan menyebabkan tingginya serat kasar, sedangkan penganah langsungnya adalah terjadinya stress panas atau dingin, sehingga ternak menderita stress atau ternak merasa tidak nyaman yang berakibat terhadap penurunan produksi dan reproduksi ternak. Untuk itulah perlu diketahui pengaruh ikiim terhadap kondisi fisiologis ternak, sehingga dapat diupayakan pengendalian iklim, khususnya iklim mikro agar penampilan produktivitas ternak dapat ditingkatkan. Iklim mikro adalah merupakan interaksi berbagai faktor iklim di suatu lokasi yang spesifik atau keadaan iklim di sekitar ternak dimana ternak berada.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa ada empat faktor iklim utama yang merupakan interaksi tersebut yaitu suhu udara, kelembaban, radiasi matahari dan kecepatan angin. Negara Indonesia terletak di wilayah dengan iklim tropis basah yang dicirikan dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi yaitu suhu minimum 22°C dan suhu maksimum 32°C dengan kelembaban relatif lebih besar dari 70%. Suhu dan kelembaban udara yang tinggi tersebut menyebabkan ternak akan terkena stress panas.
Apa Yang Dimaksud dengan Stres Pada Ternak?
Stres adalah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan (Yousef dalam Sientje, 2003). Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau ketika toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah (Curtis dalam Sientje, 2003).
Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak mengalami cekaman (Yousef dalam Sientje, 2003). Stres panas ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu (Mc Dowell dalam Sientje, 2003).
Pada tekanan panas yang cukup tinggi ternak berusaha untuk menurunkan produksi panas di dalam tubuhnya (terutama dengan menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi), dan juga meningkatkan pembuangan panas dengan proses phisiologi ( memperbesar aliran darah ke kulit, panting, dll) dan perubahan posisi tubuh. Berlawanan dengan keadaan dingin, mempertahankan suhu tubuh normal dengan cara meningkatkan jumlah makan yang dikonsumsi ( untuk memenuhi produksi panas yang dibutuhkan) serta melalui perubahan fisiologis untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh.
Pertukaran panas telah diatur oleh sistem tubuh ternak sehingga pada periode waktu panas yang dihasilkan sama dengan panas yang dilepaskan, artinya suhu tubuh ternak senantiasa tetap. Zona panas tubuh netral adalah rentangan suhu dimana panas yang dihasilkan bebas pada tekanan suhu. Pada zona ini panas yang dihasilkan terutama tergantung pada jumlah pakan dan berat badan ternak.
Ciri-ciri lain yang dramastis akibat stress panas adalah ditandai dengan penurunan konsumsi pakan, hal ini mengakibatkan penurunan pertumbuhan sehingga pada saat ini kita sulit untuk memprediksi pertumbuhan ternak. Rasio feed confersi tidak berpengaruh, deposisi lemak lambat, sehingga terlihat kurus. Akan tetapi jika proporti pertumbuhan daging relatif lebih rendah akibat penurunan feed intake di banding dengan perkembangan lemak maka ternak akan menjadi lebih gemuk dari pada yang diharapkan pada saat dipotong.
Temperatur berhubungan dengan fungsi kelenjar endokrin. Stres panas memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem endokrin ternak disebabkan perubahan dalam metabolisme (Anderson dalam Sientje, 2003).
Cara Mengurangi Stress Panas Pada Ternak
Stres panas harus ditangani dengan serius, agar tidak memberikan pengaruh negatif yang lebih besar. Beberapa strategi yang digunakan untuk mengurangi stres panas dan telah memberikan hasil positif adalah :
- Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal ini keseimbangan energi, protein, mineral dan vitamin
- Perbaikan genetik untuk mendapatkan breed yang tahan panas
- Perbaikan konstruksi kandang, pemberian naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air
- Penggunaan naungan, penyemprotan air dan penggunaan kipas angin serta kombinasinya
Pengikatan Tongar/Keluh/Tali Kekang Yang Terlalu Kencang
Tongar atau Keluh yang terlalu kencang bisa mengakibatkan sapi tidak dapat bergerak leluasa, bahkan dapat menyebabkan rasa sakit di bagian hidungnya. Akibatnya, sapi menjadi stres dan nafsu makannya menurun. Hal ini lambat laun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan sapi yang tidak optimal.
Add caption |
Sapi yang kondisi mentalnya terganggu, jika ditempatkan dalam satu kandang dengan sapi lainnya tentunya merasa tidak nyaman. Akibatnya, nafsu makannya menjadi berkurang. Ciri sapi atau bakalan dengan kondisi seperti ini biasanya memiliki bulu agak lembap atau terasa kurang kering jika diraba. Sebagian peternak terutama peternak yang sudah lama berkecimbung di dunia pemeliharaan sapi, meyakini sapi dengan kondisi seperti ini biasanya merupakan anakan dari pejantan yang masih muda.
Kualitas dan Rasa Pakan Kurang Sesuai dengan Kebutuhan atau Keinginan Sapi
Jenis pakan tertentu , seperti rumput legume, memang kurang disukai ternak. Kalaupun dimakan , jika konsumsinya lebih dari 40% justru dapat menyebabkan kembung. Selain rumput, kosentrat yang sudah kadaluarsa dan kurang berkualitas juga tidak disukai ternak. Syarat pakan ternak yang diberikan intinya berkualitasm tidak berkompetisi dengan kebutuhan makan manusai, mudah didapat, dan tidak berbahaya bagi ternak.
Manajemen Kandang, Penanganan Sapi dan Kondisi Kandang yang kurang nyaman
Kondisi kandang yang kurang nyaman, seperti terlalu kotor, banyak lalat, banyak nyamuk, terlalu ramai atau banyak aktivitas manusia, dan bising dapat menyebabkan sapi stres dan merasa kurang nyaman. Akibatnya, sapi terlihat banyak diam, mata cenderung sayu, dan respon terhadap orang sekitar rendah. Maksud respon rendah disini berarti sapi terlihat diam saja ketika ada orang di sekitar kandang atau yang mendekati. Semestinya, jika ada orang di sekitar kandang atau yang mendekati, sapi bereaksi atau merespon . Jika diberi pakan, sapi juga terlihat cukup agresif dan aktif.
Persaingan Antar Sapi Yang Menyebabkan Timbulnya Perkelahian (Sapi Tarung)
Biasa terjadi dalam kandang sapi yang dipelihara secara koloni tanpa ditongar atau dikeluh. Hal ini memang sering diakibatkan oleh penempatan sapi dalam satu kandang bersama-sama, sehingga terjadi persaingan dalam mendapatkan pakan. Cara menanganinya diperlukan tipe kandang individual dimana dalam satu kandang satu sapi, dan diperlukan sekat pemisah antar sapi, tentunya telah disediakan palung dan tempat minumnya. Atau saat mencampur sapi agar diperhatikan karakter masing-masing sapi secara individu. Sapi yang galak dan terlalu dominan memang sebaiknya diikat saja dan dimasukkan dalam kandang individu dan jangan dicampur dengan sapi lain yang memiliki sifat atau karakter tenang.
Sumber:
- Artikel nonpersonal, Pengaruh Lingkungan Terhadap Tingkah Laku Ternak, 14 Juni 2009, Blogspot, http://animal intelektual.blogspot.com/2009/06/pengaruh-lingkungan-terhadap tingkah.html, 5 Januari 2011.
- Reksohadiprojo, S. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE, Yogyakarta.
- Sientje. 2003. Stres Panas Pada Sapi Perah Laktasi. IPB, Bogor
- Soedomo Reksohadiprojo. 1984. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE, Yogyakarta.
- Sauland Sinaga, Tips Pemeliharaan Ternak Daerah atau Musim Panas, 19 Februari 2009, Blogs UNPAD, blogs.unpad.ac.id/SaulandSinaga/?p=35, 5 Januari 2011
- Umar Ar., dkk. 1991. Pengaruh Frekuensi Penyiraman/memandikan terhadap status faali Sapi Perah yang dipelihara di Bertais Kabupaten Lombok Barat. UNRAM University Press, Mataram.
- Widoretno, Dyah Kusumo Utari., 1983. Cara Pengukuran Ekskresi Keringan untuk Mengetahui Daya Tahan Panas Sapi Potong. UNPAD University Press, Bandung.
- http://be-ef.blogspot.co.id
0 Response to "Penyebab Stress Panas Pada Ternak dan Cara Mengatasinya"
Posting Komentar