BUDIDAYA IKAN KERAPU DALAM KARAMBA JARING APUNG DI PANTAI
19.51
Add Comment
Ikan Kerapu merupakan jenis ikan laut yang banyak diminati konsumen karena tekstur dagingnya yang lembut dan gurih. Ikan Kerapu ini enak sekali dikonsumsi sebagai ikan bakar atau digoreng juga lezat. Bahasa internasional ikan kerapu adalah grouper, banyak restoran menghidangkan ikan kerapu sebagai menu utama mereka. Ikan Kerapu ini bisa mencapai berat ratusan kilogram, seperti pernah di tangkap nelayan di perairan australia yang punya berat 275 Kg. Ikan kerapu berdasarkan hasil penelitian di Indonesia terdapat 41 jenis. Nama ikan kerapu berbeda-beda disetiap daerah di Indonesi, ada disebut ikan sunu, lodi dan lain-lain. Jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis kerapu lumpur dan kerapu bebek.
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan Kerapu tergolong jenis karnivora yang kurang aktif, relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas.
Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan disarankan jenis ikan kerapu tikus atau keparu bebek (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.
Persebaran Ikan Kerapu
Daerah penyebaran kerapu di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Maluku. Salah satu indikator adanya ikan kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar.
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.
Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu :
a. Temperatur antara 24 – 310C,
b. Salinitas antara 30 -33 ppt,
c. kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan
d. pH antara 7,8 – 8.
Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.
Faktor Hidrologi Air Laut
Budidaya ikan kerapu tikus ini, dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen atau pun dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Budidaya ikan kerapu dalam Kermba Jaring Apung akan berhasil dengan baik ( tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi ) apabila pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran benih yang ditebar dan kepadatan tebaran sesuai.
Pemilihan Benih
Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.
1. Penebaran Benih
Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah :
(a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh),
(b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan
(c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
2. Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5 x 3 x 3 meter dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya menjadi hanya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3 x3 x 3 meter dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).
3. Pakan dan Pemberiannya
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8 -10 % dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.
Hama dan Penyakit
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah :
(a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm,
(b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis,
(c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis,
(d) penyakit akibat serangan bakteri,
(e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).
Konstruksi Keramba Jaring Apung
a. Pembuatan Rakit Keramba
1. Rakit
Rakit dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi anti karat. Ukuran bingkai rakit biasanya 6 x 6 m atau 8 x 8 m.
2. Pelampung
Untuk mengapungkan satu unit rakit, diperlukan pelampung yang berasal dari bahan drum bekas atau drum plastik bervolume 200 liter, styreofoam dan drum fiberglass. Kebutuhan pelampung untuk satu unit rakit ukuran 6 x 6 meter yang dibagi 4 bagian diperlukan 8 - 9 buah pelampung dan 12 buah pelampung untuk rakit berukuran 8 x 8 meter. Bahan pelampung yang akan digunakan adalah drum plastik volume 200 liter yaitu sebanyak 35 buah. Sebelum digunakan, kedalam drum plampung dimasukan sedikit karbit. Penggunaan karbit ini bertujuan untuk mengisi udara didalam pelampung, sehingga dengan demikian daya apungnya akan lebih bagus.
3. Pengikat
Bahan pengikat rakit bambu dapat digunakan kawat berdiameter 4-5 mm atau tali plastik polyetheline. Rakit yang terbuat dari kayu dan besi, pengikatannya menggunakan baut. Untuk mengikat pelampung ke bingkai rakit digunakan tali PE berdiameter 4-6 mm.
4. Jangkar
Untuk menahan rakit agar tidak terbawa arus air, digunakan jangkar yang terbuat dari besi atau semen blok. Berat dan bentuk jangkar disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Kebutuhan jangkar per unit keramba minimal 4 buah dengan berat 25 - 50 kg yang peletakannya dibuat sedemikian rupa sehingga rakit tetap pada posisinya. Tali jangkar yang digunakan adalah tali plastic / Polyetylene berdiameter 0,5 – 1,0 inchi dengan panjang minimal 2 kali kedalaman perairan.
b. Pembuatan Jaring
1. Jaring
Kantong jaring yang dipergunakan dalam usaha budidaya ikan kerapu, sebaiknya terdiri dari dua bagian, yaitu :
(a) Kantong jaring luar yang berfungsi sebagai pelindung ikan dari serangan ikan-ikan buas dan hewan air lainnya. Ukuran kantong dan lebar mata jaring untuk kantong jaring luar lebih besar dari kantong jaring dalam;
(b) Kantong jaring dalam, yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ikan. Ukurannya
bervariasi dengan pertimbangan banyaknya ikan yang dipelihara dan kemudahan dalam penanganan dan perawatannya.
Ada 3 (tiga) tingkat ukuran mata waring/jaring, yaitu (a) Waring bagan dengan ukuran mata (mesh size) sekitar 0,5 cm, (b) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,0 inchi, dan (c) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,5 inchi. Setiap unit KJA mempunyai 6 buah waring bagan (3 buah dipakai dan 3 buah untuk waring pengganti), 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,0 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti), dan 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,5 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti).
2. Pemberat
Pemberat berfungsi untuk menahan arus dan menjaga jaring agar tetap simetris. Pemberat yang terbuat dari batu, timah atau beton dengan berat 2 – 5 kg per buah, dipasang pada tiap-tiap sudut keramba/ jaring.
Panen dan Pasca Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan dengan KJA, antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik pemanenan, serta penanganan pasca panen. Waktu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen karena ketika waktu itu cuaca tidak terlalu panas. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa: scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan alat aerasi.
Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak 1/2 sampai dengan 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan yaitu 19 – 21 0C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi dengan kepadatan ikan kurang lebih 50 kg/wadah. Cara pengangkutan yang umum digunakan adalah dengan pengangkutan tertutup dan umumnya untuk pengangkutan dengan pesawat udara. Untuk itu, 1 kemasan untuk 1 ekor ikan dengan berat rata-rata 500 gam.
Kerapu merupakan jenis ikan demersal yang suka hidup di perairan karang, di antara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan Kerapu tergolong jenis karnivora yang kurang aktif, relatif mudah dibudidayakan, karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi. Untuk memenuhi permintaan akan ikan kerapu yang terus meningkat, tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan sehingga usaha budidaya merupakan salah satu peluang usaha yang masih sangat terbuka luas.
Dikenal 3 jenis ikan kerapu, yaitu kerapu tikus, kerapu macan, dan kerapu lumpur yang telah tersedia dan dikuasai teknologinya. Dari ketiga jenis ikan kerapu di atas, untuk pengembangan disarankan jenis ikan kerapu tikus atau keparu bebek (Cromileptes altivelis). Hal ini karena harga per kilogramnya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kedua jenis kerapu lainnya. Di Indonesia, kerapu tikus ini dikenal juga sebagai kerapu bebek atau di dunia perdagangan internsional mendapat julukan sebagai panther fish karena di sekujur tubuhnya dihiasi bintik-bintik kecil bulat berwarna hitam.
Persebaran Ikan Kerapu
Daerah penyebaran kerapu di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, Seram dan Maluku. Salah satu indikator adanya ikan kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya ikan kerapunya sangat besar.
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya kerapu muda hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larvanya bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat favorit larva dan kerapu tikus muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun.
Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu :
a. Temperatur antara 24 – 310C,
b. Salinitas antara 30 -33 ppt,
c. kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan
d. pH antara 7,8 – 8.
Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang.
Faktor Hidrologi Air Laut
a). Faktor Fisika, yang meliputi :
- Suhu atau temperatur perairan, yaitu 27 ~ 32 oC, dengan fluktuasi harian kecil dari 5 oC.
- Kedalaman perairan, minimal 5 meter ( 3m tinggi jaring keramba, 2 m jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan ).
- Kecerahan, perairan harus jernih yaitu minimal kecerahannya 5 meter.
- Kecepatan arus, yaitu idealnya 15 ~ 30 cm / det.
- Dasar perairan. khusus untuk ikan kerapu macan, dasar perairan haruslah berkarang atau berpasir.
b). Faktor Kimia, yang meliputi :
- Salinitas (kadar garam), yaitu 30 ~ 33 o/oo. Lokasi yang dekat dengan muara sungai tidak dianjurkan untuk lokasi pemeliharaan ikan ker apu macan, karena pada daerah seperti itu fluktuasi salinitasnya sangat besar sekali sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan ikan kerapu.
- Derajat keasaman (pH), Kondisi perairan dengan pH netral sampai sedikit basa sangat ideal untuk kehidupan ikan kerapu macan. Suatu perairan yang ber-pH rendah dapat mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun atau ikan menjadi lemah s er ta lebih mudah terserang penyakit sehingga mengakibatkan tingginya angka kematian (mortalitas). PH perairan yang baik untuk ikan kerapu macan adalah 8,0 ~ 8,2.
- Oksigen terlarut, Ketersediaan oksigen terlar ut dalam perairan sangat dibutuhkan oleh ikan kerapu yang dipelihara untuk hidup. Rendahnya konsentrasi oksigen dalam perairan akan meyebabkan kurangnya nafus makan dan rendahnya pertumbuhan ikan kera pu yang kita pelihara dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Kandungan oksigen teralarut yang ideal untuk pemeliharaan ikan kerapu adalah diatas 5 ppm.
- Biological Ocxygen Demand (BOD), yang mana parameter ini menunjukan aktivitas biologi yang ada dalam suatu perairan. Batas ideal BOD untuk pemeliharaan ikan kerapu macan adalah tidak melebih 5 ppm selama 5 hari.
- Amoniak (NH3), Kandungan amoniak tinggi biasanya terdapat pada perairan yang tercemar dengan bahan-bahan organik. Untuk pemeliharaan ikan kerapu, kandungan amoniak di perairan tempat pemeliharaan tidak boleh lebih dari 1,0 ppm.
c). Faktor Biologi, yang meliputi :
- Predator, dalam menentukan lokasi juga h arus diperhatikan keberadaan hewan-hewan predator, sebab hal ini juga akan mengganggu tingkat keberhasilan dalam melakukan usaha pemeliharaan ikan kerapu. Adapun hewan-hewan predator yang harus menjadi perhatian disini diantaranya adalah hewan-hewan laut buas, seperti anjing laut, ikan-ikan besar, ikan buntal, dan juga hewan-hewan darat seperti burung.
- Total koloni bakteri, parameter ini biasanya terjadi pada perairan yang tercemar bahan organik. Total koloni bakteri untuk budidaya ikan kerapu tidak boleh melebihi 3.000 sel / m3.
Budidaya ikan kerapu tikus ini, dapat dilakukan dengan menggunakan bak semen atau pun dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA). Budidaya ikan kerapu dalam Kermba Jaring Apung akan berhasil dengan baik ( tumbuh cepat dan kelangsungan hidup tinggi ) apabila pemilihan jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran benih yang ditebar dan kepadatan tebaran sesuai.
Pemilihan Benih
Kriteria benih kerapu yang baik, adalah : ukurannya seragam, bebas penyakit, gerakan berenang tenang serta tidak membuat gerakan yang tidak beraturan atau gelisah tetapi akan bergerak aktif bila ditangkap, respon terhadap pakan baik, warna sisik cerah, mata terang, sisik dan sirip lengkap serta tidak cacat tubuh.
1. Penebaran Benih
Proses penebaran benih sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih. Sebelum ditebarkan, perlu diadaptasikan terlebih dahulu pada kondisi lingkungan budidaya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam adaptasi ini, adalah :
(a) waktu penebaran (sebaikanya pagi atau sore hari, atau saat cuaca teduh),
(b) sifat kanibalisme yang cenderung meningkat pada kepadatan yang tinggi, dan
(c) aklimatisasi, terutama suhu dan salinitas.
2. Pendederan
Benih ikan kerapu ukuran panjang 4 – 5 cm dari hasil tangkapan maupun dari hasil pembenihan, didederkan terlebih dahulu dalam jaring nylon berukuran 1,5 x 3 x 3 meter dengan kepadatan ± 500 ekor. Sebulan kemudian, dilakuan grading (pemilahan ukuran) dan pergantian jaring. Ukuran jaringnya tetap, hanya kepadatannya menjadi hanya 250 ekor per jaring sampai mencapai ukuran glondongan (20 – 25 cm atau 100 gram). Setelah itu dipindahkan ke jaring besar ukuran 3 x3 x 3 meter dengan kepadatan optimum 500 ekor untuk kemudian dipindahkan ke dalam keramba pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi (500 gram).
3. Pakan dan Pemberiannya
Biaya pakan merupakan biaya operasional terbesar dalam budidaya ikan kerapu dalam KJA. Oleh karena itu, pemilihan jenis pakan harus benar-benar tepat dengan mempertimbangkan kualitas nutrisi, selera ikan dan harganya. Pemberian pakan diusahakan untuk ditebar seluas mungkin, sehingga setiap ikan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pakan. Pada tahap pendederan, pakan diberikan secara ad libitum (sampai kenyang). Sedangkan untuk pembesaran adalah 8 -10 % dari total berat badan per hari. Pemberian pakan sebaiknya pada pagi dan sore hari. Pakan alami dari ikan kerapu adalah ikan rucah (potongan ikan) dari jenis ikan tanjan, tembang, dan lemuru. Benih kerapu yang baru ditebar dapat diberi pakan pelet komersial. Untuk jumlah 1000 ekor ikan dapat diberikan 100 gram pelet per hari. Setelah ± 3-4 hari, pelet dapat dicampur dengan ikan rucah.
Hama dan Penyakit
Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA adalah ikan buntal, burung, dan penyu. Sedang, jenis penyakit infeksi yang sering menyerang ikan kerapu adalah :
(a) penyakit akibat serangan parasit, seperti : parasit crustacea dan flatworm,
(b) penyakit akibat protozoa, seperti : cryptocariniasis dan broollynelliasis,
(c) penyakit akibat jamur (fungi), seperti : saprolegniasis dan ichthyosporidosis,
(d) penyakit akibat serangan bakteri,
(e) penyakit akibat serangan virus, yaitu VNN (Viral Neorotic Nerveus).
Konstruksi Keramba Jaring Apung
a. Pembuatan Rakit Keramba
1. Rakit
Rakit dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi anti karat. Ukuran bingkai rakit biasanya 6 x 6 m atau 8 x 8 m.
2. Pelampung
Untuk mengapungkan satu unit rakit, diperlukan pelampung yang berasal dari bahan drum bekas atau drum plastik bervolume 200 liter, styreofoam dan drum fiberglass. Kebutuhan pelampung untuk satu unit rakit ukuran 6 x 6 meter yang dibagi 4 bagian diperlukan 8 - 9 buah pelampung dan 12 buah pelampung untuk rakit berukuran 8 x 8 meter. Bahan pelampung yang akan digunakan adalah drum plastik volume 200 liter yaitu sebanyak 35 buah. Sebelum digunakan, kedalam drum plampung dimasukan sedikit karbit. Penggunaan karbit ini bertujuan untuk mengisi udara didalam pelampung, sehingga dengan demikian daya apungnya akan lebih bagus.
3. Pengikat
Bahan pengikat rakit bambu dapat digunakan kawat berdiameter 4-5 mm atau tali plastik polyetheline. Rakit yang terbuat dari kayu dan besi, pengikatannya menggunakan baut. Untuk mengikat pelampung ke bingkai rakit digunakan tali PE berdiameter 4-6 mm.
4. Jangkar
Untuk menahan rakit agar tidak terbawa arus air, digunakan jangkar yang terbuat dari besi atau semen blok. Berat dan bentuk jangkar disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Kebutuhan jangkar per unit keramba minimal 4 buah dengan berat 25 - 50 kg yang peletakannya dibuat sedemikian rupa sehingga rakit tetap pada posisinya. Tali jangkar yang digunakan adalah tali plastic / Polyetylene berdiameter 0,5 – 1,0 inchi dengan panjang minimal 2 kali kedalaman perairan.
b. Pembuatan Jaring
1. Jaring
Kantong jaring yang dipergunakan dalam usaha budidaya ikan kerapu, sebaiknya terdiri dari dua bagian, yaitu :
(a) Kantong jaring luar yang berfungsi sebagai pelindung ikan dari serangan ikan-ikan buas dan hewan air lainnya. Ukuran kantong dan lebar mata jaring untuk kantong jaring luar lebih besar dari kantong jaring dalam;
(b) Kantong jaring dalam, yang dipergunakan sebagai tempat memelihara ikan. Ukurannya
bervariasi dengan pertimbangan banyaknya ikan yang dipelihara dan kemudahan dalam penanganan dan perawatannya.
Ada 3 (tiga) tingkat ukuran mata waring/jaring, yaitu (a) Waring bagan dengan ukuran mata (mesh size) sekitar 0,5 cm, (b) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,0 inchi, dan (c) Jaring polyethylene ukuran mata (mesh size) 1,5 inchi. Setiap unit KJA mempunyai 6 buah waring bagan (3 buah dipakai dan 3 buah untuk waring pengganti), 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,0 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti), dan 6 buah jaring polyethylene mesh size 1,5 inchi (3 buah dipakai dan 3 buah untuk jaring pengganti).
2. Pemberat
Pemberat berfungsi untuk menahan arus dan menjaga jaring agar tetap simetris. Pemberat yang terbuat dari batu, timah atau beton dengan berat 2 – 5 kg per buah, dipasang pada tiap-tiap sudut keramba/ jaring.
Panen dan Pasca Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas ikan kerapu yang dibudidayakan dengan KJA, antara lain : penentuan waktu panen, peralatan panen, teknik pemanenan, serta penanganan pasca panen. Waktu panen, biasanya ditentukan oleh ukuran permintaan pasar. Ukuran super biasanya berukuran 500 – 1000 gram dan merupakan ukuran yang mempunyai nilai jual tinggi. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari sehingga dapat mengurangi stress ikan pada saat panen karena ketika waktu itu cuaca tidak terlalu panas. Peralatan yang digunakan pada saat panen, berupa: scoop, kerancang, timbangan, alat tulis, perahu, bak pengangkut dan alat aerasi.
Teknik pemanenan yang dilakukan pada usaha budidaya ikan kerapu dalam KJA dengan metoda panen selektif dan panen total. Panen selektif adalah pemanenan terhadap ikan yang sudah mencapai ukuran tertentu sesuai keinginan pasar terutama pada saat harga tinggi. Sedang panen total adalah pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan bila permintaan pasar sangat besar atau ukuran ikan seluruhnya sudah memenuhi kriteria jual.
Penanganan pasca panen yang utama adalah masalah pengangkutan sampai di tempat tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar kesegaran ikan tetap dalam kondisi baik. Ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup. Pengangkutan terbuka digunakan untuk jarak angkut dekat atau dengan jalan darat yang waktu angkutnya maksimal hanya 7 jam. Wadah angkutnya berupa drum plastik atau fiberglass yang sudah diisi air laut sebanyak 1/2 sampai dengan 2/3 bagian wadah sesuai jumlah ikan. Suhu laut diusahakan tetap konstan selama perjalanan yaitu 19 – 21 0C. Selama pengangkutan air perlu diberi aerasi dengan kepadatan ikan kurang lebih 50 kg/wadah. Cara pengangkutan yang umum digunakan adalah dengan pengangkutan tertutup dan umumnya untuk pengangkutan dengan pesawat udara. Untuk itu, 1 kemasan untuk 1 ekor ikan dengan berat rata-rata 500 gam.
0 Response to "BUDIDAYA IKAN KERAPU DALAM KARAMBA JARING APUNG DI PANTAI"
Posting Komentar