-->

KAMPAR JADI LUMBUNG INDUSTRILISASI PERIKANAN IKAN PATIN

Budilaksonoputra……..Pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi berbasis perikanan budidaya yang terintegrasi yang melibatkan masyarakat harus dilakukan untuk meningkatkan perekonomian sekitar kawasan tersebut. Kawasan ekonomi terintegrasi dengan perikanan budidaya sebagai basis usaha ini tertuang dalam Konsep Minapolitan. Minapolitan perikanan budidaya ditujukan untuk membangun kawasan ekonomi tersebut dan menjadikannya sebagai embrio kawasan industrialisasi perikanan budidaya.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, didampingi Anggota Komisi IV DPR RI yang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Kampar, Riau mengatakan Kabupaten Kampar merupakan salah satu dari 5 kabupaten/kota di Provinsi Riau yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 35/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan. Kawasan Minapolitan di Kabupaten Kampar berlokasi di Desa Koto Mesjid dan Desa Pulo Gadang Kec. XIII Koto Kampar dengan komoditas utamanya adalah ikan Patin

Menurut Slamet menjelaskan, potensi perikanan budidaya yang terdapat di kawasan minapolitan Kabupaten Kampar cukup besar yang meliputi Kolam seluas 230 Ha dengan tingkat pemanfaatan 73,05 % dan potensi karamba di waduk seluas 275 Ha dengan tingkat pemanfaatan 3,95 % pada tahun 2013. “Pengembangan kawasan minapolitan perikanan budidaya di Kab. Kampar sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan sudah mengarah kepada kawasan industrialisasi perikanan budidaya.

Bisa dibuktikan dari dukungan dari  Unit Perbenihan Rakyat (UPR) yang telah mampu menghasilkan benih sebanyak 7,63 juta ekor. Disamping itu juga tumbuh pabrik pakan mini mandiri sebanyak 25 unit dengan kapasitas produksi sebanyak 3.898 ton. Produksi ikan di kawasan minapolitan/industrialisasi di Kabupaten Kampar juga terus mengalami peningkatan sepanjang tahun 2011 – 2013, dimana produksi perikanan budidaya kolam meningkat dari 5.437,24 ton pada 20111 menjadi 5.955,90 ton pada tahun 2013. Demikian juga dengan produksi perikanan budidaya di karamba yang meningkat dari 7.554, 01 pada 2011 menjadi 12.898,90 ton pada 2013. Komoditas utama yang dihasilkan di kawasan ini adalah Patin, Mas dan Nila”, kata Slamet.
Untuk memberi nilai tambah pada hasil produksi budidaya, di kawasan ini juga tersedia unit pengolahan pasca panen yang mampu menghasilkan produk seperti ikan patin asap, kerupuk ikan patin, nugget ikan patin, pudung ikan dan bakso patin dengan jumlah produksi 242 ton. “Semua ini dicapai pada tahun 2013 dan saya yakin pada tahun ini akan mengalami peningkatan seiring dengan terjadinya peningkatan produksi. Dukungan juga terjadi pada pengembangan Sumber Daya Manusia yang dihasilkan oleh SMK Perikanan di Desa Koto Tuo Kec. XIII Koto Kampar dan Desa Pantai Cermin Kec. Tapung”, papar Slamet.

Slamet menambahkan bahwa sebagai embrio dari Industrialisasi Perikanan Budidaya, Minapolitan telah memberikan landasan dalam hal pendekatan pengembangan suatu kawasan. “Minapolitan sebagai suatu program nasional telah terbukti mampu mendorong terwujudnya sinergi lintas sektoral dalam pengembangan suatu wilayah. Kawasan yang memiliki potensi ekonomi berbasis perikanan budidaya, dikembangkan dengan melakukan sinergi dan kerjasama dengan Kementerian atau Lembaga Pemerintah lain. Untuk kawasan Minapolitan perikanan budidaya di Kabupaten Kampar , Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah membangun infrastruktur kawasan seperti jalan poros, drainase, rehab rumah layak huni, dan saluran. Sementara Dinas Pekerjaan Umum Kab. Kampar melakukan pembangunan jalan usaha tani, jalan desa, dan jembatan. Dukungan dari Dinas terkait juga muncul dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kab.Kampar yang melakukan pembangunan los pasar. Tidak ketinggalan adalah bantuan permodalan bagi pembudidaya ikan dari perbankan”, ungkap Slamet.

Pengembangan suatu kawasan minapolitan menuju kawasan industrialisasi perikanan budidaya, diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas, nilai tambah produk serta meningkatkan daya saing dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Tentunya, sasaran utama industrialisasi perikanan budidaya adalah untuk peningkatan pendapatan kelompok masyarakat pembudidaya, pengolah, dan pemasar hasil perikanan. Bukti keberhasilan dari industrialisasi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut dalam hal ini bersumber dari usaha perikanan budidaya”, ungkap Slamet


Pada kesempatan ini, dilakukan panen ikan patin di Desa Koto Mesjid pada kolam Pak Ijul, dengan luas kolam 3000m2dengan jumlah tebar 30.000 ekor. “Setelah dibudidaya selama 6 bulan dan di beri pakan sebanyak 40 ton yang merupakan produksi pakan mandiri, dapat dihasilkan 40 ton patin ukuran 0,8 kg/ekor. Pemasaran tidak menjadi masalah karena selain di Riau, patin yang di panen juga dikirim ke Kepulauan Riau, Sumbar, dan Jambi. Usaha ini cukup menguntungkan dan mampu meningkatkan kesejahteraan pembudidaya khususnya di kawasan minapolitan perikanan budidaya di Kab. Kampar”, pungkas Slamet. ( sumber dari KKP )

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "KAMPAR JADI LUMBUNG INDUSTRILISASI PERIKANAN IKAN PATIN"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel